Background Image
Background Image

Menjawab Tantangan Kemenkomarves, Krakatau International Port Aplikasiakan Smart Port Berbasis Digital


Menjawab Tantangan Kemenkomarves, Krakatau International Port Aplikasiakan Smart Port Berbasis Digital

Share:  

Dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia yang salah satunya pilarnya adalah komitmen untuk mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim. 

CEO PT Krakatau Bandar Samudera (Krakatau International Port), Akbar Djohan mengatakan KIP siap menjadi international hub port yang bisa memaksimalkan potensi rute-rute yang melalui wilayah Indonesia dengan menggunakan Smart Port System melalui aplikasi KIPOS.

"Dengan penggunaan Smart Port, pelabuhan KIP yang ditopang teknologi digital ini akan memberikan efisiensi tinggi, kompetitif, bernilai tambah bagi masyarakat sekitar, otomatisasi di segala bidang, dan pada akhirnya pelabuhan akan meningkatkan aspek ramah lingkungan, standar keselamatan dan keamanan yang semakin baik, serta produktivitas meningkat," ujar Akbar dalam webinar digitalisasi pelabuhan yang diselenggarakan oleh HIPMI dan KIP pada hari Kamis (05/08). 

Akbar menjelaskan bahwa pengembangan Smart Port System melalui KIPOS dilatarbelakangi oleh terjadinya inefisiensi proses aktivitas pelabuhan yang sebelumnya berjalan secara offline. Tidak hanya itu, terdapat permasalahan lainnya seperti ancaman fraud dan pemalsuan dokumen, pengurusan data operasional yang kurang efektif, dan keinginan KIP untuk menciptakan transparansi dimana konsumen dapat memantau secara real time proses bongkar muat dan lainnya. 

“KIPOS yang telah dikembangkan terhubung atas channel dari eksternal seperti Inaport dan Indonesian National Single Windows dan internal seperti TPS online dan SAP4 Hana. KIPOS berkosentrasi pada resources IT, Marketing, Port Operational, dan Corporate Finance. KIPOS juga telah terintegrasi dengan pemerintah melalui program national logistic ecosystem yang didalamnya termuat upaya pemerintah untuk memaksimalkan pengaturan port net, trade net, dan national single windows,” jelas Akbar

Dengan penggunaan KIPOS yang optimal, Akbar menjabarkan beberapa manfaat yang telah diperoleh KIP selama beberapa tahun belakangan. Manfaat tersebut seperti kenaikan operasional value per ton 4,5% dari tahun ke tahun, vessel arrival atau kedatangan kapal ke pelabuhan yang meningkat hingga 5%, waiting time yang awalnya 2-3 hari menurun drastis hingga 0,14 hari, hingga indeks kepuasan konsumen yang meningkat tajam 22% pada tahun 2020.

“Kami berharap KIP dengan Smart Portnya bisa berkontribusi untuk memulihkan perekonomian Indonesia dan bisa terus bekerja keras dengan terobosan-terobosan yang dilakukan KIP untuk bisa segera merealisasikan Indonesia sebagai poros maritim Indonesia,” tutup Akbar.

Deputi Bidang Infrastruktur Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Ayodya Kalake menyampaikan bahwa dalam memperkuat ekonomi kemaritiman Indonesia khususnya dalam arus logistik, pemerintah telah mengusung National Logistic Ecosystem (NLE) yang menyelaraskan arus lalu lintas barang dan dokumen internasional sejak kedatangan sarana pengangkut hingga barang tiba di gudang.

"Untuk mengoptimalkan program NLE tersebut, kami pemerintah juga tengah mengupayakan port digital capabilities concept dengan menciptakan konektivitas di pelabuhan secara digital. Kami mengapresiasi langkah KIP dalam men-digitalisasi pelayanan pelabuhan dan selaras dengan langkah pemerintah sehingga kedepannya dapat menarik banyak investor dan meningkatkan kualitas SDM di seluruh pelabuhan di Indonesia," ungkap Ayodya Kalake.